Sabtu, 04 April 2015

Floating Market Lembang



Floating Market Lembang
Wisata Lembang memang tidak ada habisnya, salah satu tempat wisata di Lembang yang tergolong baru adalah Floating Market. Floating Market Lembang menawarkan wisata alam pedesaan yang asri dan sejuk, dilengkapi dengan segala keunikan yang dimilikinya. Floating Market Lembang mulai dibuka sebagai salah satu tempat wisata di Lembang pada tanggal 12 Desember 2012.
danau Situ Umar
danau Situ Umar
Floating Market Lembang yang beralamat di Jalan Grand Hotel No. 33E merupakan sebuah kawasan wisata seluas lebih dari 7 hektar dengan sebuah danau bernama Situ Umar yang menjadi pusatnya. Floating Market Lembang menawarkan keunikan berupa wisata pasar terapung satu-satunya disekitar Jakarta. Apa itu pasar terapung? Pasang terapung adalah sebuah pasar yang berada di atas air, biasanya menggunakan perahu, seperti di Bangkok, Kalimantan, dan juga seperti yang sering kita lihat di layar televisi (iklan RCTI). Namun, Floating Market Lembang tidak seperti pasar terapung pada umumnya, karena tempat ini memiliki konsep wisata, bukan pusat perdagangan.
Floating Market Lembang 2
Floating Market Lembang 2
Pasar terapung di sini tidak berjualan sayur, buah, atau daging mentah, melainkan menjajakan berbagai jenis makanan dan jajanan yang enak, misalnya baso tahu, colenak, siomay, tahu lembang, surabi, sosis bakar, tempe mendoan, batagor, lotek, jagung bakar, karedok, otak-otak, ketan bakar, duren bakar, jamur, dim sum, dan lain-lain dengan harga mulai dari 5,000 Rupiah untuk makanan ringan sampai dengan 35,000 Rupiah untuk makanan yang lebih berat. Selain itu, perahu-perahu yang menjajakan berbagai jenis makanan ini juga sudah diatur dan diparkir dengan rapi, tidak seperti di pasar terapung tradisional yang berantakan, sehingga pengunjunglah yang akan mendatangi perahu-perahu ini. Total ada sekitar 46 perahu dengan dagangan yang berbeda-beda.
Selain pasar terapungnya, Floating Market Lembang juga mempunyai fasilitas gazebo di sektiar danau yang dapat anda sewa dengan biaya 65,000 Rupiah per jam. Terdapat juga berbagai wahana permainan dan kegiatan menarik yang sangat cocok untuk anak kecil dan keluarga:

Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda Bandung

Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur seperti taman. Lokasi hutan kota umumnya di daerah pinggiran. Ini dimungkinkan karena kebutuhan lokasi pemukiman atau perkantoran daerah tersebut tidak terlalu besar. Hutan kota dibuat sebagai daerah penyangga kebutuhan air, lingkungan alami, serta pelindung flora dan fauna di perkotaan (sumber 1, sumber 2).

Kota Bandung sebagai kota yang (dahulu) dikenal dingin dan sejuk, juga punya Taman Hutan Raya yang cukup luas terbentang dari Dago hingga ke Maribaya dan gunung Tangkuban Perahu, alamatnya ada di Kompleks Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda No. 99 Dago Pakar.


Jogging track Taman Hutan Raya Djuanda menuju goa Jepang
Jogging track Taman Hutan Raya menuju Goa Jepang



Gerbang masuk Taman Hutan Raya Juanda
Gerbang masuk kompleks THR Ir. H Djuanda No. 99 Dago Pakar
Gerbang masuk yang berfungsi sebagai loket penjualan tiket tampak jelas dari jalan utama, tiket masuknya masih tergolong murah untuk kendaraan roda 4 dikenakan biaya Rp.10.000,-. Setelah melakukan pembayaran dan parkir di area yang cukup luas, pengunjung bisa langsung masuk ke kompleks Taman Hutan Raya.

Pintu masuk kompleks Taman Hutan Raya Juanda
Pintu masuk THR Ir. H. Djuanda
Terdapat beberapa titik di dalam kompleks hutan raya yang bisa dijadikan tujuan wisata, antara lain:

  • Curug Dago & Batu Prasasti Kerajaan Thailand
  • Panggung Terbuka
  • Kolam PLTA Bengkok
  • Monumen Ir. H. Djuanda & Gedung Informasi Taman Hutan Raya
  • Taman Bermain
  • Goa Jepang
  • Goa Belanda
  • Curug Lalay
  • Curug Omas Maribaya
  • Panorama Alam Taman Hutan Raya
  • Jogging Track ke Maribaya
jogging track Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung
Jogging track
Segera setelah memasuki kompleks taman hutan raya kita dapat merasakan perbedaan kualitas udara di sini dan di Kota Bandung. Udara di dalam hutan raya terasa menyegarkan, sejuk dan rindang dengan banyaknya pepohonan. Jadi seminggu sekali ke sini untuk mengganti udara yang ada di paru-paru dengan udara segar selama 30 menit sampai 1 jam bisa jadi  metode detoksifikasi racun dalam tubuh, dijamin otak lebih encer, kulit lebih cerah, badan lebih sehat.

Matahari Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung
Sinar mentari menembus dedaunan Taman Hutan Raya Djuanda
Lokasi yang paling dekat dengan pintu masuk adalah Goa Jepang, hanya dengan berjalan beberapa menit menyebrang jalan aspal yang ada di dalam kompleks kita akan sampai di jajaran Goa yang di Bangun oleh Jepang.
Menuju goa Jepang Taman Hutan Raya Djuanda
Menuju goa Jepang

Goa Jepang di Tahura Ir. H. Djuanda adalah satu dari puluhan Goa Jepang yang tersebar di seluruh Indonesia yang umumnya dibuat pada tahun 1942 - 1945.

Kompleks Goa Jepang Taman Hutan Raya Djuanda
Kompleks goa Jepang
Ketika masa pendudukan Jepang, Kota Bandung merupakan markas salah satu dari tiga Kantor Besar (buncho) di Pulau Jawa.

ventilasi goa Jepang Taman Hutan Raya Djuanda
Ventilasi goa Jepang
Bandung juga menjadi tempat pemusatan terbesar tawanan perang mereka, baik tentara Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger/ KNIL (tentara Hindia - Belanda) dan satuan sekutunya, maupun warga sipil.

pintu masuk goa Jepang Taman Hutan Raya Djuanda
Pintu masuk goa Jepang
Pada masa itu, selain memanfaatkan goa buatan Belanda, Jepang juga menambahkan sejumlah goa di kawasan ini. Goa-goa buatan jepang dipergunakan untuk keperluan penyimpanan amunisi, logistik, dan komunikasi radio pada masa perang.

Pintu masuk goa Jepang lainnya, taman hutan raya djuanda
Pintu masuk goa Jepang lainnya
Pada masa Jepang, kawasan Tahura tertutup bagi masyarakat umum. (Sumber: papan informasi Tahura)

Pemandu wisata Goa Jepang taman hutan raya djuanda
Pemandu wisata Goa Jepang
Di depan kompleks goa Jepang banyak sekali pemandu wisata yang menawarkan pemanduan ke dalam Goa Jepang plus senter, dengan biaya alakadarnya. Alangkah lebih baik jika Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir.H. Djuanda sebagai manajemen yang mengelola, memberikan seragam khusus dan melakukan training kilat sehingga pemandu-pemandu tersebut lebih representatif.

Goa Belanda Taman Hutan Raya Djuanda
Goa Belanda
Goa peninggalan Belanda dibangun pada awal tahun 1941. Dahulu dipergunakan untuk terowongan PLTA bengkok. Karena perbukitan Pakar merupakan kawasan yang sangat menarik bagi strategi militer Hindia Belanda, lokasinya yang terlindung dan begitu dekat dengan pusat kota Bandung, maka  menjelang perang dunia II pada awal 1941 Militer Hindia Belanda membangun stasiun Radio Telekomunikasi. Bangunan ini merupakan jaringan Goa di dalam perbukitan batu pasir tufaan. Saat ini Goa dapat dimasuki dengan aman. (Sumber: papan informasi Tahura)

persimpangan Goa Belanda Taman Hutan Raya Djuanda
Persimpangan didepan pintu masuk Goa Belanda
Sampai di depan pintu masuk Goa Belanda kita akan berada di pertigaan yang akan memberikan 2 pilihan, masuk Goa Belanda menembus perbukitan menuju beberapa air terjun terdekat (-+ 1Km) dan berakhir di Maribaya atau terus menyusuri jalan setapak -+ 5 Km menuju air terjun, buat yang tidak terbiasa berjalan sejauh 10Km (pulang pergi 5Km X 2) ada banyak sekali ojeg yang menawarkan angkutan menuju air terjun.

tahura ir. h. djuanda bandung
Salah pilih sepatu, hehe.
Jika berniat datang ke hutan raya Ir. H. Djuanda pastikan menggunakan sepatu se-mata kaki dengan sole yang cukup tebal untuk memudahkan mobilitas, karena jika musim hujan bisa dipastikan sepatu akan belepotan lumpur. Jadi ayo rame-rame wisata jalan-jalan ke hutan kota, ajak semuanya hirup udara segar supaya tambah sehat, ingat jangan buang sampah sembarangan ya, kita jaga alam ini supaya ia tetap mampu menjaga kita juga.

lalat hutan raya ir h djuanda
Lalat hutan #isengbanged

Dusun Bambu Bandung



Bandung siap dihebohkan kembali dengan hadirnya tempat wisata baru khusus untuk keluarga. Dusun Bambu – Family Leisure Park. Siap-siap untuk ma…cet ma…cet. Hehehe. Sejak semakin mudahnya akses menuju Bandung, bukan hanya hotel dan tempat hiburan saja yang dibangun tidak terkendali, tempat wisata pun bermunculan bak jamur di musim hujan. Memang kebutuhan yang satu ini (hiburan maksudnya) sudah menjadi kebutuhan “hampir pokok” bagi para pendatang dari kota atau daerah sekitar Bandung terutama Jakarta kali yah.

Kebetulan hari ini saya punya kesempatan untuk mengunjungi tempat wisata baru ini yang sebetulnya statusnya masih soft opening. Lokasinya di Jalan Kolonel Masturi. Cara untuk mencapai ke lokasi adalah via Jalan Sersan Bajuri (jalan yang ada di seberang Terminal Ledeng), ikuti jalan tersebut terus sampai melewati Vila Istana Bunga, lanjut terus ke Universitas Advent dan masih berlanjut melewati Curug Cimahi. Sepanjang jalan ada petunjuk kok jadi nggak perlu kuatir tersesat. Nah dari Curug Cimahi sekitar 300 meter di sebelah kanan jalan ada jalan masuk dengan gapura bertuliskan “KOMANDO”, masuk ke jalan itu kemudian kurang lebih 500m sampai deh di gerbang masuk Dusun Bambu. Tiket masuk akan dikenakan Rp15.000,- per orang (anak kurang dari 3 tahun gratis) dan mobil Rp10.000,-.
Apabila jalur tersebut padat dan  biasanya kalau weekend dari pusat kota Bandung saja sudah macet, Anda boleh mencoba jalur alternatif via Cimahi. Terutama bagi Anda yang stay di hotel-hotel daerah Bandung Selatan atau Barat seperti : HARRIS Hotel Festival Citylink Bandung, Hotel POP! Festival Citylink, Grand Pasundan Convention Hotel, akan jauh lebih cepat apabila Anda mengambil jalur alternatif untuk ke Dusun Bambu melalui Cimahi. Nggak sulit kok, hanya ada satu jalan untuk menuju Cimahi dari kota Bandung yaitu melalui Jalan Jendral Sudirman lurus terus mengikuti jalan ke arah barat. Anda akan tiba di alun-alun Kota Cimahi, nah sebelah alun-alun tersebut ada jalan. Nama jalannya adalah Kolonel Masturi yang tinggal lurus saja mengikuti jalan menanjak kurang lebih 11 km, Anda akan tiba di Dusun Bambu.
Area Masuk Dusun Bambu

Ok kembali ke pengalaman saya di Dusun Bambu yah. Begitu tiba di area parkir yang waktu itu cukup ramai, Anda akan dibuat kaget dengan melihat antrian yang cukup panjang. Waktu itu saya pikir apa itu antrian beli tiket masuk lagi tapi tadi kan di depan gerbang masuk sudah bayar tiket masuk. Setelah selidik punya selidik ternyata itu antrian untuk naik mobil pengantaran ke lokasi langsung ke Pasar Khatulistiwa. Jadi Dusun Bambu itu terbagi dengan area-area seperti : Kampung Layung, Saung Purbasari, Sampan Sangkuriang, Lutung Kasarung, Burangrang, Pasar Khatulistiwa, Camping Ground, Tegal Pangulinan, dan Balad Lodaya. Nanti saya cerita satu-satu ada apa saja sih di area-area tersebut. Bagi Anda yang malas mengantri ternyata ada jalan di pematang sawah yang berundak-undak yang bisa ditelusuri dengan berjalan kaki untuk menuju ke Pasar Khatulistiwa. Saya sarankan sih jalan kaki saja sambil melihat-lihat pemandangan sawah dan pondokan yang terbuat dari bambu. Hanya memakan waktu 10 menit yang tidak akan terasa lelah sama sekali karena dihibur dengan pemandangan yang luar biasa menyejukkan mata.

Dengan berjalan kaki, setelah area persawahan yang berundak-undak Anda akan melewati area Kampung Layung dan Lutung Kasarung kemudian tiba di Pasar Khatulistiwa sebagai pusat kegiatan dari tempat wisata ini. Area-area lain semua dapat diakses dari Pasar Khatulistiwa ini.
Kampung Layung
Apa yang bisa Anda nikmati di area Kampung Layung? Area ini merupakan area cottage yang sementara ini belum mulai disewakan menunggu grand opening di bulan Maret 2014. Tapi bagi Anda yang penasaran seperti apa sih cottage yang akan disewakan di sini, ada “rumah contoh” yang bisa Anda kunjungi. Cottage ini bernuansa “desa” banget, dari eksterior, interior sampai dengan hiasan semua terbuat dari kayu dan bambu. Tapi jangan ditanya isi cottagenya, ruang tamu lengkap dengan TV layar datar dan speaker home theatre, dapur dengan kompor induksinya, kamar mandi dengan shower air panasnya Hehehehe. Paduan nuansa desa dan kota, tradisional dan modern. Asyiiikkk banget lah. Di beranda ada tempat lesehan untuk duduk-duduk bersantai yang dijamin bakal ketiduran kalau duduk lama-lama di sana karena kenyamanannya ditambah angin sepoi-sepoi “ngahiliwir”. Hehehehe. Satu hal yang akan membuat Anda ingin segera booking cottage ini (dan kata pegawainya udah ngantri bookingan yang masuk padahal belum dibuka) adalah adanya halaman belakang yang dilengkapi dengan fasilitas BBQ. Sudah terbayang malam-malam yang dingin, BBQ-an sama keluarga atau teman-teman di halaman tersebut, waaaah jadi “ngilerrrr” deh.

Cottage yang akan disewakan nanti bulan Maret 2014 itu baru siap 5 unit yang sementara terdiri dari 2 tipe : cottage 2 kamar dan cottage 1 kamar. Ada bocoran katanya untuk yang tipe 1 kamar harganya berkisar 2 sampai 3jt per malam dan untuk yang tipe 2 kamar antara 3 – 4jt per malam bergantung weekday, weekend atau season liburan. Yuuu ayoooo nabung dari sekarang. Ohyah rencananya akan dibangun total 250 cottage yang dapat dibooking nanti ke depannya. Wow…….
Lutung Kasarung

WP_20140216_11_49_56_Pro
Nah area ini nih yang cukup unik. Ada kapsul-kapsul diselimuti akar-akar pohon yang kalau dilihat dari bawah itu seperti bergelantungan di pohon-pohon. Padahal setelah dilihat dengan lebih seksama, ada rangka dan struktur penyangganya. Lebih jelasnya buat Anda para penggemar film Star Trek, bentuknya mirip seperti kapsul penyelamat/ escape pod yang bisa diisi “segambreng” orang. Fungsinya unik-unik : ada kapsul yang isinya wastafel untuk cuci tangan, ada kapsul yang isinya tempat duduk-duduk, ada beberapa yang belum dibuka untuk umum (belum ketauan isinya apa). Dari kapsul ke kapsul dihubungkan dengan jembatan-jembatan yang bagus banget kalau buat foto-foto. Akses menuju area Lutung Kasarung ini semua dari Pasar Khatulistiwa. Wajib dan wajib dikungjungi yah

Burangrang – Sampan Sangkuriang- Saung Purbasari
Sampan

Pasar Khatulistiwa letaknya di dalam gedung bersatu dengan Restaurant Burangrang yang belum sempat direview dan dikunjungi karena waiting list nya yang puaaaaanjang banget waktu itu. Kalau dilihat dari luar sih, tempatnya nyaman untuk bersantap apalagi yang di teras dengan tenda-tendanya. Pemandangan langsung menuju ke danau yang disebut dengan Sampan Sangkuriang. Danau yang tenang dimana Anda bisa bersampan dengan keluarga dibantu oleh bapak-bapak yang siap untuk membawa Anda ke tengah danau. Cukup tegang juga waktu naik sampan soalnya nggak ada pelampung sama sekali, dan yang namanya sampan tradisional yang benar-benar terbuat dari kayu, goyang dikit aja langsung oleng jadi duduk harus ditengah dan nggak boleh goyang dombret sedikitpun. Hihihihi. Apalagi diisi oleh banyak orang (waktu itu 6 orang), itu permukaan air paling tinggal 5 cm lagi masuk ke dalam perahu, bisa dibayangkan tegangnya naik sampan itu. Si Bapak yang mendayungnya dengan tenangnya bilang “Nggak usah takut Pak, nggak akan tenggelam”. Buat saya pemandangan di danau ini yang luar biasa menakjubkan. Airnya yang tenang membuat rasa damai di hati, beneran ga boong. Dengan background Saung Purbasari, berupa pondokan-pondokan di sekeliling danau yang bisa digunakan untuk tempat makan (makanannya dipesan dari Restaurant Burangrang). Jadi teras dari pondokan-pondokan di Saung Purbasari ini langsung ke danau. Dari depan gedung Restaurant Burangrang ada dermaga kecil untuk naik sampan menuju ke teras-teras dari pondokan-pondokan itu. Asyik banget kan. Buat yang takut “kecemplung” ke danau, ada jalan yang bisa digunakan untuk menuju ke Saung Purbasari, jadi ga perlu pakai sampan.

Pasar Khatulistiwa
Khatulistiwa
Pasar Khatulistiwa terletak di lantai 2 dari gedung yang bersatu dengan Restaurant Burangrang. Pasar ini menjual berbagai macam sayuran dan buah-buahan segar yang katanya beberapa diambil langsung dari gunung Burangrang. Ada juga suvenir dan makanan-makanan tradisional Sunda yang bisa Anda dapatkan di sana dan berbagai macam barang lainnya. Sekeliling Pasar Khatulistiwa banyak tempat duduk dan kuliner yang bisa dicicipi, saya bilang banyak itu betul-betul banyak jenisnya, dari Kue Ape, Mie
Kocok, Soto Bandung, Lotek, Rujak, Surabi, dan banyak lagi yang nggak mungkin bisa dicicipi semuanya dalam satu hari hehehe. Di lantai 3 masih tersedia lebih banyak lagi tempat duduk bagi Anda yang mau berkuliner di sana. Nah cuman harganya cukup lumayan, yah namanya di tempat wisata, harganya pasti termasuk harga untuk menikmati pemandangan dan keindahan alam di sana berikut fasilitas-fasilitas yang tersedia. Eh hampir lupa, semua transaksi di Pasar Khatulistiwa dan kuliner harus menggunakan voucher yang bisa ditukar di beberapa tempat di sekitar sana. Kabar baiknya kalau tidak habis terpakai bisa direfund uangnya.

Bukit Moko Bandung

Bukit Moko, Bandung Punya!
Bukit Moko adalah salah satu alasan kenapa saya begitu pengen untuk traveling ke Bandung lagi dan lagi… Apalagi setelah kunjungan saya ke Kota Bandung tahun 2012 lalu gagal menemukan lokasi bukit ini. Dengan jarak saya ke Kota Bandung menjadi lebih dekat jika dibandingkan dengan beberapa bulan lalu ketika saya masih tinggal di Pulau Dewata. (Ps : Sekarang di Bandung juga ada tempat yang sedang ngehits mirip seperti Bukit Moko, namanya adalah Tebing Keraton)
Menyambangi Bukit Moko adalah suatu keharusan untuk saya. Kebetulan pula lebaran tahun 2013 ini saya tidak pulang kampung, jadinya menyempatkan untuk bikin acara mudik ke bandung, meskipun kota dengan julukan paris van java ini bukan kampung halaman saya :D. (Ps : Kalau mau menginap di bandung, bisa menginap di hostel murah tapi nyaman Pinisi Hostel)

Percobaan Kedua Mencari Bukit Moko!

Kota Bandung malam hari dari atas Bukit Moko
Kota Bandung malam hari dari atas Bukit Moko
Dikalangan pecinta fotografi Kota Bandung, sepertinya nama Bukit Moko sudah tidak terlalu asing lagi. Apalagi ketika sedang disana saya banyak sekali melihat orang yang membawa kamera DSLR. Kalau tidak salah ingat, saya pertama kali tahu keberadaan bukit ini setelah membaca blog mas wiranurmansyah yang judulnya “Melihat Bandung Dari Moko“. Dari situ, saya begitu tertarik untuk mengunjungi bukit yang katanya bisa melihat Kota Bandung dari ujung ke ujung *dan itu ternyata benar sekali*.
Oke! Setelah percobaan pertama yang gagal, karena saya menganggap bahwa Caringin Tilu adalah Bukit Moko, percobaan kedua ini membuahkan hasil! Saya sampai pada tempat yang semestinya *horee! enggak kesasar lagi*. Bedanya, kali ini saya tidak datang dari arah Bandung, tetapi langsung dari Gunung Tangkuban Perahu dengan sepeda motor kesayangan saya. Terus bagaimana saya tahu arahnya? Gampang! Saya pakai aplikasi Google Map dengan fitur navigasi, dengan menggunakan Caringin Tilu sebagai titik acuan.
Pemandangan malam dengan bintang seperti ini bisa dilihat dari Bukit Moko, Bandung kalau lagi cerah cuacanya :)
Pemandangan malam dengan bintang seperti ini bisa dilihat dari Bukit Moko, Bandung kalau lagi cerah cuacanya :)
Cara untuk menuju Bukit Moko sendiri ada tiga jalur yang bisa dilewato. Pertama, saya bisa lewat jalan Bojong Koneng yang memiliki jarak yang paling dekat jika dibandingkan dengan yang lainnya. Namun jalur ini katanya memiliki medan yang menantang dan sedikit ekstrim. Konon katanya juga hanya bisa dilewati oleh kendaraan lintas alam. Kedua, saya bisa mencoba lewat jalan Cimuncang, namun selain saya kurang tahu jalannya, jalur yang satu ini memiliki jalan berbatu dan cukup berkelok-kelok.
Nah, yang paling gampang dan cukup direkomendasikan untuk menuju ke Bukit Moko adalah yang ketiga. Lewat jalur lewat Padasuka ini adalah jalur umum yang bisa dilewati oleh kendaraan bermotor. Sebagian besar jalanannya sudah beraspal walaupun tidak semuanya, dan masih lebih manusiawi dilewat oleh kendaraan yang menuju Bukit Moko.
Namun sebenarnya kalau dari Bandung kota, rute menuju Bukit Moko lewat Padasuka tidak terlalu susah, cari saja arah Saung Angklung Udjo (bisa dengan gps atau menngikuti petunjuk arah), dan kemudian lanjut ke jalan padasuka. Terus aja ke atas sampai Caringin Tilu yang terdapat banyak warung lesehan-nya itu. Dari situ bisa beristirahat sambil makan dulu, atau langsung ikuti jalan hingga nemu jalan rusak.
Nah! Kalau sudah ketemu jalan rusak tadi, ikuti saja terus keatas hinga melihat tanjakan dewa dengan kemiringan yang ekstrim. Lebih enak lagi, kalau malam hari akan kelihatan satu titik cahaya yang berasal dari Warung Daweung di Bukit Moko. Cahaya itu bisa digunakan sebagai acuan untuk mencari Bukit Moko.
Atau bisa juga ngeleseh di Warung Daweung sambil ngobrol bareng temen seperti ini.
Atau bisa juga ngeleseh di Warung Daweung sambil ngobrol bareng temen seperti ini.
Dari lokasinya yang berada di ketinggian kurang lebih 1500 mdpl, Bukit Moko sangat pas jika dikunjungi dari sebelum matahari terbenam hingga matahari terbit keesokan harinya. Apalagi jika bukan untuk melihat momen sunset dan sunrise dari tempat ini. Sayang kemarin saya tidak bisa berlama – lama di Bukit Moko, selain karena si pacar salah kostum dan menggigil kedinginan, keesokan harinya saya juga harus nyetir dari Bandung ke Jakarta nonstop.
Jadi dipastikan akan ada kunjungan ke tiga dan seterusnya ke Bukit Moko karena tidak bisa berlama – lama. Kali ini, saya hanya menghabiskan beberapa jam sambil menikmati pisang goreng yang dibeli dari Warung Daweung dan beberapa jepretan foto tanpa tripod di bukit yang katanya paling romantis se-Bandung raya ini
Damn! I missed this hill already :(

Harga makanan di Warung Daweung, harga mahasiswa?

Tips Ketika Mengunjungi Bukit Moko :

  • Kalau datang ke Bukit Moko dalam kondisi kelaparan, mampirlah di Caringin Tilu untuk makan terlebih dahulu. Disitu ada banyak lesehan yang menjual makanan, atau bisa juga makan di Warung Daweung yang ada di Bukit Moko. Cuma kebanyakan hanya makanan ringan saja di Warung Dawung ini.
    Harga makanan di Warung Daweung, harga mahasiswa?
  • Tanjakan terakhir yang menuju Bukit Moko adalah tanjakan dewa, susahnya minta ampun karena kemiringannya mungkin bisa lebih dari 45 derajat. Di tanjakan ini, jika menggunakan sepeda motor matic, sebaiknya yang dibonceng turun saja dan jalan kaki (tidak terlalu jauh lagi). Karena dipastikan tidak akan kuat nanjak. Untuk mobil, pastikan kondisinya prima, kuat nanjak atau lebih baik lagi jika menggunakan mobil four wheel drive :P
  • Pastikan kondisi rem berfungsi dengan baik, dan jangan berpikir negatif seperti “Kalau turun terus rem mati gimana ya?” Percaya atau enggak, entah karena mistis atau sepeda motor saya sudah perlu diservice, saya sempat mengalami kejadian yang memompa adrenalin ketika turun dari Mukit Moko (baca: rem depan blong). Meskipun kejadian itu hanya terjadi beberapa saat saja, dan kemudian rem kembali normal. Sekedar infomasi saja, turunan menuju bawah lumayan curam, jadi dipastikan akan meluncur bebas dengan kecepatan lebih dari 60 Km/jam jika turun dengan tanpa rem sama sekali. *jangan dicoba*.
  • Kalau nggak mau nge-camp di Bukit Moko, bisa nginep di bandung. Bisa nginep di hotel yang ratenya enggak terlalu mahal tapi strategis semacam Fave Hotel ini. Sorenya bisa jalan – jalan dulu di kota, agak malem baru beranjak ke Bukit Moko! Asoy bukan?

Taman Begonia Lembang Bandung


Halo sobat traveller… Satu lagi tempat wisata di Bandung yang sedang ramai diperbicangkan di media sosial terutama instagram. Ya… tempat wisata itu adalah yang terletak di Lembang Bandung. Selama ini Lembang memang terkenal memiliki banyak tempat wisata yang menawarkan keindahan dan keunikan. Lembang letaknya di jalan Maribaya No. 120A, tempatnya cukup mudah ditemukan karena berada di tepi jalan raya.
Taman Begonia Lembang
Diberi nama Taman Begonia karena kebun atau taman ini di dominasi oleh bunga balinea. Balinea merupakan bunga begonia dari bali, bunga begonia bali memiliki kelebihan dapat berbunga lebat sepanjang musim. Selain itu bunga jenis ini dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah, kelebihan lain dari bunga ini adalah tahan terhadap cuaca panas dan hujan.
Taman Begonia Lembang merupakan tempat wisata yang cocok sobat kunjungi bersama keluarga dan anak – anak, di sini sobat bisa memperkenalkan berbagai jenis bunga dan tanaman kepada anak. Tanaman yang tersedia di sana antara lain: cabe, jagung, terong ungu, terong putih, tomat, kaktus, dan tanaman lainnya. Sedangkan bunga yang tersedia di taman begonia antara lain: Bunga Celosia, Bunga Geranium, Bunga Melampodium, Bunga salvia, Bunga Impatiens, dan masih banyak bunga – bunga lainnya. Di Taman Begonia Lembang, sobat juga bisa membeli bunga berbagai jenis yang tersedia di sana.
Taman Begonia Lembang

 

Kegiatan di Taman Begonia Lembang

.

Kegiatan di Taman Begonia Lembang selain berfoto ria tentunya… :) sobat juga bisa menikmati hidangan makanan dan minuman di cafe yang berada di sana. Sambil makan dan minum sobat akan menikmati udara pegunungan yang segar dan pemandangan taman bunga yang indah. Di Taman Begonia Lembang sobat juga bisa melakukan kegiatan outbond, tempat wisata ini menyediakan arena outbound dengan konsep “Fun Treasure Hunt”. Permainan outbound di Taman Begonia Lembang antara lain, Puzzle Treasure, Farm Trekking, Secret Passage, dan Pinnata

Image result for begonia lembang

Cara Menuju Taman Begonia Lembang

Menuju Taman Begonia Lembang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat ataupun roda dua, ada dua jalur yang bisa sobat tempuh untuk menuju ke Taman Begonia Lembang. Jalur pertama adalah melalui rute Jalan Setiabudi, jika melalui rute ini sobat akan melewati lembang kota terlebih dahulu lalu masuk ke jalan Maribaya. Rute kedua yaitu melalui jalur dago – lawang wangi, jika melalui jalur ini sobat tidak akan melewati lembang kota karena jalur ini bisa disebut jalur alternatif menuju lembang.
Bagi sobat yang menggunakan angkutan umum, sobat bisa turun di pasar lembang dan dilanjut dengan naik angkutan pedesaan jurusan pasar lembang – cibodas. Jika ingin santai dan ingin menikmati perjalanan, sobat bisa menyewa delman/andong dari pasar lembang untuk menuju Taman Begonia Lembang.